Rabu, 22 Oktober 2014

Mengahadapi anak umur 3 tahun

Kemarin dikantor ngobrol sama temen yang punya 2 balita, anak pertama hampir 4 tahun dan amak keduanya 7 bulan. Anak pertama perempuan, anak keduanya laki-laki.

Tiba-tiba dya cerita gimana riwehnya kalo punya anak balita dengan jarak yang kurang dari 4 tahun. Satu mau dipangku yang lain ngiri mau dipangku juga, kalau kakanya lagi marah adenya bisa aja kena sasaran jadilah emaknya meninggi suaranya jadi dya merasa kaya Ibu  Tiri...

Gw jadi mikir semikir mikirnya, anak satu aja gw udah bawelnya minta ampun yaaa, gimana nanti kalo punya anak lagi... hahahahaha
Setiap hari gw selalu berdoa agar Tuhan kasih kesabaran lebih dari hari kemarin, cuma ya namanya manusia selalu gw kalah sama anak gw. Akhirnya suara meninggi dan kadang berakhir dengan tangisan dan  air mata, anak minta dipeluk dan mommy merasa berdosa.



Katanya sih kalo menghadapi anak umur 3-5 tahun itu salah satu cara yang paling efektif itu adalah menganggap anak kita tidak melakukan hal yang bikin kita naik darah, anggap ga ada gitu... anggap ga terjadi apa2.. tapiiiiiiiiiiiiiiiiiii... mane bisaaaa cyn..... ada juga mata usah melotot ngeliat kelakuan... hahahaha...

Sebenernya banyak teori yang bisa dilakukan untuk menghadapi anak umur 3 tahun, namun kan kondisi tiap anak berbeda-beda, ya coba sesuaikan aja dengan kondisi anak kita masing-masing, dari semua teori yang ada cara mana yang paling efektif bisa kita terapkan ke anak kita.
Pas lagi iseng-iseng dikantor nemuin artikel di www.wolipop.detik.com yang berjudul "5 Kesalahan Yang Dilakukan Orang Tua saat Membesarkan Anak Umur 3-5 Tahun".
Cukup membuat gw berpikir "Ohhh...iyaaa...bener juga yaaa....."
Berikut ringkasannya : (sumber : wolipop detik)
1. Tidak Konsisten : Konsistensi itu membuat anak merasa nyaman dan aman, merekapun akan bersikap lebih manis karena tau apa yang akan dibuat.Melakukan hal secara konsisten emang sulit, apalagi kalo kita dibantu sama orang tua atau pengasuh. Tapi usahakan memberikan pesan yang sama kepada mereka agar anak kita pun mendapatkan pesan yang sama.
Contoh gw dalam mendidik rhea : Sehabis bangun tidur langsung dibawa ke WC taro diatas potty untuk dya pipis, supaya pas memang waktunya dya lepas diaper akan lebih mudah melatihnya. Berjalan sih Puji Tuhan, umur 2 tahun diaper free udah bilang kalau mau pipis dan pupup.
2. Terlalu Banyak Membantu Anak : Terlalu sering membantu anak bisa membuat anak berpikir bahwa diri mereka tidak kompeten. Seharusnya orang tua bisa berperan sebagai cheerleader anak, sehingga anak akan belajar untuk berusaha sendiri dan jika mereka berhasil maka kepercayaan dirinya akan semakin meningkat.
Contoh : kalo rhea naik tangga dr dulu gw ga pernah bantu, tapi gw selalu jagain dibelakangnya. Sekalinya dya berhasil nyusurin anak tangga, gw kasi tepuk tangan meriah. Sama dya umur 2.5 tahun sudah bisa pakai dan lepas sepatunya sendiri (jenis velcro) dan ga mau dibantu.
3. Fokus Pada Hal Negatif : Orang tua selalu fokus pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya, sehingga mudah terpancing emosi dan selalu keluar kata-kata "Jangan loncat-loncat, Jangan Pipis di Celana, Jangan Nakal, Jangan Teriak-teriak" dll.  Mulailah untuk fokus pada hal positif anak , misalnya dikasi reward kalau mereka berbuat positif. Mulai ubah kata-kata yang keluar dari mulut kita jika kita ingin melarang anak kita. Dan jangan pelit pujian tapi juga jangan berlebihan biar anak ga besar kepala.
Contoh : Rhea waktu belajar pipis dan pupup sendiri gw bikin sticker board, dan saat sticker boardnya penuh kasi reward buku yang dya mau. Berusaha banget menghilangkan kata jangan saat ge melarang rhea melakukan sesuatu. Misalnya : Jangan Lari --> Kakak jalan aja biar ga jatoh , Jangan corat-coret tembok ---> Corat-Coretnya dikertas aja kak, kalau ditembok jadi jelek tembok kaka. Selalu berusaha, doakan...
4. Terlalu Banyak Bicara : Ternyata anak itu kan emang belum bisa diajak berbicara dengan logik apalagi disaat mereka marah atau kesel. Jadi intinya percuma kalo kita banyak omong nanti malah ujung-ujungnya debat dan nangis sekejer-kejernya. Disaat kita menginstruksikan sesuatu ke anak dan mereka menolak, berikan peringatan, berikan time out dan berikan "hukuman" tanpa kita harus menjelaskan.
Hmm...kalau ini sih ujung-ujungnya si rhea tetep nangis sejadi-jadinya dan membujuk gw untuk berbelas kasihan padanya. Tapi ga ada salahnya dicoba.
5. Lupa Mengajak Bermain : Anak-anak pada usia tersebut itu lagi seneng-senengnya bermain, mereka menganggap melakukan acara "berantakan-berantakin" rumah sebagai bermain. Jadi berikan waktu yang  cukup untuk mereka bermain agar otak mereka dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tahapan usianya.




Okeh kakkk....mari bekerja bersama agar kaka semakin pinter tapi mami semakin ga bawel....










Tidak ada komentar:

Posting Komentar